Dato’ Sri Prof. Dr. Tahir, MBA, Eminent Advocate untuk UNHCR, baru-baru ini kembali ke Yordania untuk mengunjungi pengungsi Suriah yang berada di Yordania serta untuk mendiskusikan bantuan lebih lanjut.
Kegiatan tersebut, yang dilaksanakan pada 1 sampai 3 April, adalah kunjungan kedua oleh pelaku bisnis dan dermawan Indonesia ini. Kunjungan tersebut memberikan beliau kesempatan bertemu teman-teman pengungsi yang beliau jumpai pada kunjungan sebelumnya dan bertemu dengan keluarga pengungsi lainnya. Yordania, yang berbatasan dengan Suriah, saat ini menerima 800,000 pengungsi Suriah, dan telah secara murah hati memainkan peran penting dalam menangani kebutuhan mendesak dari pengungsi di Timur Tengah.
Selama perjalanannya, Dr. Tahir berbicara dengan para pelajar di sekolah milik negara di Irbid, yang memberikan pendidikan bagi anak-anak pengungsi Suriah serta anak-anak Yordania secara bersama-sama. Beliau kemudian mengunjungi kamp pengungsi Azraq di bagian timur Yordania, di mana beliau membuat banyak sekali anak-anak pengungsi tersenyum ketika mendistribusikan tas sekolah, peralatan sekolah, dan bola sepak di kamp tersebut. Pada akhir perjalanannya, tersentuh oleh apa yang beliau lihat, Tahir berkomitmen memberikan tambahan bantuan tunai US$ 1 juta bagi keluarga pengungsi Suriah di Yordania.
Secara keseluruhan, sebagai Eminent Advocate UNHCR yang ketiga, Dr. Tahir telah berjanji untuk mendonasikan US $10 juta dalam rangka mendukung pendidikan anak-anak pengungsi di seluruh dunia. Pada November 2016, Dr. Tahir ditunjuk sebagai Eminent Advocate untuk pengungsi oleh Komisioner Tinggi UNHCR Filippo Grandi atas kerjanya dalam meningkatkan kesadaran publik tentang pengungsi dan dalam melibatkan pemimpin bisnis lain untuk turut mendukung pengungsi. Posisi Eminent Advocate diberikan oleh UNHCR bagi beberapa individu yang telah menunjukkan melalui tindakannya, komitmen kemanusiaan dalam membantu pengungsi. Hanya ada dua dermawan lain yang memegang gelar ini: Hamdi Ulukaya dari Amerika Serikat dan Yang Mulia Sheikha Jawaher Al Qasimi dari Uni Emirat Arab. Pada saat penunjukkan, Komisioner Tinggi UNHCR Filippo Grandi berterima kasih pada Dr. Tahir untuk kemurahan hatinya danmenyambut “komitmen nyata beliau untuk menjamin kesejahteraan pengungsi di seluruh dunia.”
Dr. Tahir adalah pendiri dan ketua Mayapada Group Indonesia, sebuah konsorsium bisnis di bidang perbankan, asuransi, layanan kesehatan, retail, pengembang real estate, dan media. Seorang dermawan yang berdedikasi, beliau telah mendukung inisiatif layanan kesehatan dan pendidikan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat berpenghasilan rendah di Indonesia dan beliau memfasilitasi acara-acara penggalangan dana untuk bantuan pengungsi. Selain komitmen donasi sebesar USD $10 juta, di tahun 2016 Dr. Tahir telah mendonasikan US$2 juta kepada salah satu kampanye global UNHCR, Nobody Left Outside, yang meminta para pemimpin sektor swasta untuk membantu pembiayaan penampungan dua juta pengungsi di tahun 2018. Sebagai donor kunci Nobody Left Outside, Bapak Tahir dinobatkan sebagai pemimpin kampanye Global Shelter Coalition. Setelah mengunjungi pengungsi Suriah di Yordania pada Oktober 2016, beliau mendonasikan US$1 juta untuk Program Bantuan Tunai UNHCR di Yordania, sehinga memberikan dukungan finansial bagi 667 keluarga pengungsi Suriah di Yordania selama satu tahun. Bapak Tahir juga mensponsori konser penggalangan dana, “Voice of Refugees,” di Jakarta, Indonesia, di mana beliau secara publik mendorong para hadirin untuk mendukung UNHCR dan berkontribusi meringankan krisis pengungsi global. Konser tersebut diproduksi dan disiarkan di televisi secara nasional oleh Metro TV pada 1 Oktober 2016. Lebih dari 1.7 juta orang Indonesia menonton acara tersebut.
Semangat Tahir untuk memperbaiki kehidupan orang lain memotivasi dirinya dalam mendukung kerja UNHCR. “Saya ingin menjadi seseorang yang melayani orang lain, masyarakat, dan negara. Kekayaan merupakan alat yang harus digunakan untuk mencapai tujuan utama: mengobati orang sakit, mengirim anak-anak ke sekolah, mempekerjakan orang, membantu yang lemah menjadi kuat, dan memperbaiki kehidupan orang miskin. Saya berharap saya mampu memperbaiki kehidupan pengungsi sehingga mereka terberkati dengan kehidupan yang baik,” Dr. Tahir mengatakannya pada staf PBB pada saat kunjungannya ke Yordania pada bulan April.
Perpindahan yang terpaksa (forced displacement) global meningkat secara tajam karena beberapa kejadian yang disayangkan, seperti perang sipil di Suriah, proliferasi konflik baru, dan kelanjutan konflik yang belum terselesaikan. Tanpa peningkatan besar dana kemanusiaan, jutaan orang mungkin hidup tanpa penghidupan atau tempat tinggal yang aman dan cukup.
Sektor swasta menjadi donor yang semakin penting bagi UNHCR, dengan besar kontribusi pendanaan lebih dari delapan persen di tahun 2015. Individu dan perusahaan di sektor swasta tidak hanya instrumental dalam menjembatani pendanaan, keahlian teknis, kreativitas, dan inovasi untuk isu kemanusiaan, tetapi juga kerap kali berada pada posisi yang baik untuk mendorong perubahan kebijakan serta mempengaruhi opini publik.
Bagikan melalui Facebook Bagikan melalui Twitter