Pengungsi muda mendapatkan pengalaman berharga sebagai sukarelawan Asian Games 2018
Tak pernah terbersit dalam pikiran Jafar bahwa ia akan menjadi bagian dari salah satu perhelatan olahraga terbesar di dunia. Pemuda Afghanistan ini terpilih menjadi sukarelawan pada Asian Games (Asiad) tahun ini. Sebagai sukarelawan di acara olahraga yang berlangsung hingga 2 September ini, ia telah bertemu atlet dari seluruh Asia, termasuk legenda taekwondo Afghanistan Rohollah Nikpai.
Jafar dengan bangga memamerkan kartu tanda pengenal dan seragam sukarelawan Asiad. Terpilih sebagai salah satu relawan bagaikan mimpi bagi pengungsi berusia 16 tahun ini. Semua berawal satu bulan lalu saat teman Jafar memberikan info mengenai kesempatan menjadi sukarelawan untuk event olahraga tersebut. “Teman saya bilang kalau sedang dibutuhkan sukarelawan yang bisa bicara Bahasa Indonesia dan Inggris,” ujar Jafar.
Terpilih dari banyak pelamar, Jafar, yang tinggal di Indonesia selama dua tahun, harus mengikuti tes bahasa. Panitia Asiad mewawancarainya dalam Bahasa Indonesia dan Inggris untuk mengetes kemampuan berbahasanya. Pewawancara kagum dengan kemampuan Bahasa Indonesia Jafar. “Mereka pikir saya orang Indonesia. Saya bilang, bukan. Mereka kaget, ‘Masa? Kamu lahir di sini ya? Kamu keturunan Indonesia? Di mana kamu belajar Bahasa Indonesia?’” kata Jafar dalam Bahasa Indonesia yang fasih.
Apakah panitia Asiad tahu bahwa Jafar adalah seorang pengungsi? “Ya, kata mereka tidak masalah. Saya merasa dihargai karena mereka tidak mempermasalahkan status pengungsi saya,” ujar Jafar. Panitia berkata, “Tidak apa-apa. Tidak masalah. Selama kamu bisa bantu kami, tidak masalah kamu berasal dari mana.”
Kabar gembira. Seminggu kemudian, Jafar terpilih sebagai sukarelawan di bagian transportasi. Bersama dengan lebih dari 100 sukarelawan, ia bertugas mengawal atlet dari/ke wisma atlet ke/dari arena olahraga yang tersebar di Jabodetabek, dan membantu mengecek kehadiran mereka sebelum mengirimkan laporan ke koordinator.
Jafar senang luar biasa saat mendapat kesempatan menghadiri acara pembukaan, merasakan kebanggaan dan kebahagiaan hadir bersama-sama jutaan tamu undangan dan atlet. “President Joko Widodo juga hadir. Banyak orang-orang penting di sana. Rasanya nggak percaya,” kata Jafar, bahagia.
Asiad tahun ini diselenggarakan di dua kota– Jakarta dan Palembang, Sumatra Selatan. Sebanyak 46 negara berpartisipasi dalam perhelatan olahraga empat tahunan ini yang mempertandingkan 462 pertandingan di 40 cabang.
Menjadi sukarelawan adalah pengalaman yang tak terlupakan bagi Jafar. Ia mendapat kesempatan bertemu dengan banyak atlet dari seluruh Asia, belajar tentang penyelenggaraan Asiad, dan menjalin pertemanan dengan sukarelawan Indonesia. “Saya kenal orang dari banyak negara dan sukarelawan lain. Mereka baik sama saya. Saya merasa lebih mandiri,” kata Jafar, yang membantu atlet dari negara-negara diantaranya Korea Selatan, Jepang, China, Nepal, India, Bangladesh, Iran, Afghanistan dan Mongolia.
Jafar girang saat bertemu Rohollah Nikpai, mantan atlet taekwondo Afghanistan dan peraih medali perunggu Olimpiade. “Saat saya lihat dia, saya langsung yang, ‘Wow!’ Dia atlet terkenal di Afghanistan. Dia sekarang jadi seperti pelatih,” kata Jafar. “Jam tugas saya sudah berakhir saat itu. Saat itu, dia ingin menelepon supirnya [orang Indonesia], tapi supirnya tidak angkat telepon,” ujarnya. Jafar lalu mengulurkan bantuan untuk menelepon dan bicara dengan supir Rohollah.
Rohollah terkejut saat tahu bahwa Jafar berasal dari Afghanistan dan bisa berbicara Bahasa Indonesia dengan fasih. “Senang bisa bertemu dengannya. Saya senang karena dia atlet terkenal dari negara saya. Dia tanya tentang saya, apa yang saya lakukan di sini. Saya bilang kalau saya pengungsi,” kata Jafar. Dalam obrolan singkat mereka, Jafar mendapat wejangan dari Rohollah. “Tetap belajar. Tetap semangat,” kata Jafar sembari memperlihatkan fotonya bersama Rohollah.
“Saya senang bisa bertemu dengan tim Afghanistan karena mereka ingin memberi sesuatu untuk Afghanistan. Mereka bertanding untuk mendapat medali dan melihat bendera mereka berkibar di negara lain. Saya merasa bangga. Saya katakan pada mereka bahwa saya di sini mendukung mereka, berdoa untuk mereka untuk jadi yang terbaik dan sukses,” kata Jafar. Selain bertemu Rohollah, Jafar, yang gemar main futsal, berenang dan lari, juga bertemu dengan legenda basket China dan mantan pemain NBA Yao Ming.
Pengalaman ini menginspirasi Jafar untuk menjadi atlet. “Saat mengawal mereka, saya berpikir kapan saya bisa jadi atlet, ikut bertanding di kompetisi seperti Asian Games dan memenangkan medali untuk negara saya,” kata Jafar yang berharap bisa kembali ke negaranya suatu hari nanti jika telah aman baginya untuk kembali.
Ia terpacu untuk berlatih futsal agar bisa meraih mimpinya menjadi pemain bola terkenal seperti Lionel Messi, Neymar dan David Beckham. Jafar juga mengungkapnya niatnya untuk lebih banyak melakukan kegiatan sukarelawan di masa mendatang. “Saya akan berusaha sebaik mungkin menjadi volunteer. Saya di sini untuk membantu.”
Bagikan melalui Facebook Bagikan melalui Twitter